Cuti bersama sudah hampir usai nih. Sewaktu masih jadi working Mom, saat-saat seperti ini yang selalu buat galau gundah gulana. Pasalnya kalau masuk kerja lagi, artinya udah harus siap kembali untuk menjalani drama menitipkan anak-anak. Secara saya memang tidak punya ART maupun baby sitter untuk membantu menjaga anak-anak saat bekerja. Bawa anak ke tempat kerja? Hmm, biasanya itu jadi jalan terakhir yang saya lakukan.
Sebenarnya sih pernah ada yang kerja untuk bantu jagain anak. Tapi karena orangnya itu masih berstatus mahasiswi dan sambil kuliah juga, tentunya kerjanya pun jadi sering tidak fokus. Saya pun juga tidak percaya untuk meninggalkan anak dan penjaganya di rumah. Jadilah setiap hari, Si Tengah dan si penjaganya itu kami antarkan ke rumah Tante sebelum saya dan Paksuami ke tempat kerja masing-masing. Sedangkan Si Sulung di sekolah yang sekaligus daycare. Nah, berhubung anak saya memang lengket dengan Neneknya itu, ya hampir tiap saat ada di tangan Tante sementara si penjaga ya bisa sambil ngerjain tugas kuliahnya dong. Yasudahlah, pas banget saya ada perjalanan dinas ke luar kota maka si Mahasiswi tadi saya pulangkan saja.
Table of Contents
Dilema Ibu Bekerja
Dengan situasi tanpa pengasuh seperti ini, jelas anak sering berada di tangan Tante saya. Terkadang saya juga tidak bisa menitipkannya pada Beliau karena Tante juga punya kesibukan sendiri. Selain itu, Tante pun mengurus Nenek saya, jadi memang kasihan jika dapat bonus mengasuh bocah lagi.
Sewaktu belum menikah, Teman kerja saya pun juga ada yang membawa anak-anaknya ke kantor. Tidak setiap hari sih, kadang ada saat tertentu anak-anaknya itu doboyong serta. Saya sebagai teman seruangannya sih tidak masalah, karena anak-anaknya cukup kooperatif dan tidak mengganggu. Saya juga ingat, saat masih di bangku sekolah juga sering mendapati para Guru yang ke sekolah dengan membawa anak balita mereka. Bahkan, tidak jarang kami para siswa malah rebutan untuk membantu menjaga anak-anak dari para guru kami.
Alasan Bawa Anak ke Tempat Kerja
Tentu setiap Ibu punya rasa tanggung jawab baik bagi pekerjaannya terlebih lagi kepada anaknya, keluarga. Sayangnya ada kalanya, keadaan tidak sesuai dengan keinginan kita. Salah satunya adalah saat mau tidak mau, seorang Ibu terpaksa harus bawa anak ke tempat kerja. Selain tidak ada baby sitter atau yang menjaga anak di rumah, ada alasan lain yang biasanya membuat bahkan memaksa seorang Ibu membawa anaknya ke tempat kerja yaitu:
- Anak sedang kurang sehat. Dalam kondisi seperti ini, seorang anak biasanya sangat pemilih, tidak ingin pisah dari orang tua terlebih lagi pada Ibunya. Di saat yang sama pula, sang Ibu tidak bisa untuk meninggalkan pekerjaan karena sedang dikejar deadline ataupun tugas yang sangat mendesak. Membawa anak ke tempat kerja setidaknya bisa membuat sang Ibu menjadi tidak terbebani pikirannya ketika berada di tempat kerja.
- Anak masih ASI Ekslusif. Anak yang masih dalam masa ASI Ekslusif 6 bulan tentu sangat tergantung pada Ibunya. Terlebih lagi jika sang Anak tidak terbiasa untuk menyusu dari alat bantu seperti cup feeder, sendok ataupun botol susu. Ada beberapa anak yang meski sudah dilatih tapi memang hanya mau menyusu dari sang Ibu atau direct breastfeeding.
Pengalaman Bawa Anak ke Tempat Kerja
Saat masih bekerja dulu, saya memang beberapa kali bahkan terbilang cukup sering bawa anak ke tempat kerja. Namun durasinya tidak sepanjang hari. Saya membawa anak hanya ketika anak saya sedang tidak bisa saya titipkan pada Tante, lalu ketika jam istirahat dan anak sudah bisa dijaga di rumah, saya pun membawanya pulang. Bersyukurnya karena saya tinggal di Kendari yang tingkat kemacetannya belum seberapa. Jarak dari rumah Tante pun juga tidak begitu jauh.
Lain cerita lagi dengan Si Kakak yang kami titipkan di PAUD yang sekaligus daycare, maka setelah jam penitipan telah berakhir biasanya dia kami jemput dan bawa ke kantor dulu sambil menunggu emaknya pulang kerja. Eits tapi tidak berlaku tiap hari kok, hanya saat tertentu saja saya membawanya ke tempat kerja secara memang lokasi PAUD dengan tempat kerja saya sangat dekat.

Jika saya membawa anak ke tempat kerja, tentu sebelumnya saya ijin dulu ke teman ruangan saya yang sekaligus juga Supervisor saya. Alhamdulillah syukurnya Beliau tidak pernah bilang tidak dan tentu saja saya pun juga harus tahu diri untuk tidak membuat kegaduhan selama membawa anak ke tempat kerja. Gimana dengan rekan kerja yang lain dan juga Atasan? Ya tentu saya juga sampaikan kenapa hari itu saya membawa anak.
Saat membawa anak ke kantor pastilah harus lengkap dengan ‘alat tempurnya’ agar anak tidak cepat bosan dan bisa jadi buat kegaduhan. Paling penting untuk membawa makanan dan cemilan serta mainan juga biar mereka bisa tetap beraktivitas sambil menunggu saya menyelesaikan pekerjaan.
Yay, Saat Ibu Membawa Anak ke Tempat Kerja
Bulan Februari lalu, saya menghadiri sebuah webinar memperingati International Women’s Day 2022. Nah, pada webinar itu salah satu Narasumber menceritakan bahwa di Perusahaannya saat ini telah membolehkan para karyawan wanita membawa anak ke tempat kerja. Perusahaan tersebut tidak hanya menyediakan fasilitas ruang latktasi, khusus bagi Ibu bekerja yang masih dalam masa menyusui untuk pumping, yang saat ini sudah banyak tersedia di kantor-kantor ataupun perusahaan yang ramah Ibu dan Anak. Tapi juga ruangan laktasi tersebut bisa digunakan untuk menyusui. Bahkan mereka pun menyediakan tempat khusus bagi anak-anak untuk bermain dan beristirahat selama Ibunya bekerja.
Tentu ini jadi kabar yang menggembirakan. Karena dengan demikian Ibu masih tetap bisa bekerja dan juga mengontrol anak mereka, dan tidak meninggalkan anaknya dalam waktu yang cukup lama, seharian. Rasanya jika perusahaan lain juga menerapkan hal seperti ini, maka kesempatan bekerja bagi para Ibu masih sangat besar. Sebab bukan rahasia lagi kan bahwasannya banyak Ibu yang mengundurkan diri dari tempat kerja saat telah memiliki anak.
Berdasarkan pengalaman saya sendiri pun, tentu saya akan mengatakan YAY saat seorang Ibu membawa anaknya ke tempat kerja. Namun memang perlu fasilitas juga sih seperti ruangan khusus bagi anak untuk beraktivitas hanya di ruangan tersebut. Agar tidak mengganggu suasana kerja. Selain itu, anak juga harus mengerti kondisi Ibunya dan tidak rewel saat harus ditinggal sang Ibu untuk melaksanakan tanggung jawabnya sebagai karyawan di ruangan terpisah.
Jika masih bisa untuk tidak membawa anak ke tempat kerja sih itu lebih baik. Terlebih lagi apabila tempat kerja sang Ibu bisa tidak cocok untuk anak, misalnya di rumah sakit. Selain itu tidak tersedianya ruangan khusus bagi anak di tempat Ibu bekerja. Ini juga akan berpengaruh pada psikologis anak yang melihat kondisi tempat kerja Ibunya. Anak akan melihat perlakuan orang-orang di tempat tersebut kepada sang Ibu begitupun perlakuan Ibu kepada rekan kerjanya atau mungkin juga pada bawahannya.
Penutup
Bawa anak ke tempat kerja pasti menjadi pilihan terakhir bagi sang Ibu. Terlebih lagi jika memang tidak memiliki orang lain untuk membantu menjaga anak selama sang Ibu bekerja. YAY, saat Ibu membawa anak ke tempat bekerja namun juga perlu melihat kondisi sang Anak. Tentunya dukungan dari orang sekitar yaitu lingkungan kerja juga penting, agar anak yang ikut Ibunya saat bekerja tidak merasa asing dan lebih baik juga jika tersedia ruangan khusus bagi anak selama Ibunya bekerja seperti yang telah diterapkan oleh salah satu perusahaan besar di Indonesia ini.
Bagaimana nih pendapat Temans Mamak, YAY or NAY saat Ibu bawa anak ke tempat kerja? Kak Irawati Hamid juga cerita tentang ini lho. Silahkan berkunjung ke blogpostnya juga ya.
Cheers,
Diah
9 Comments